![]() |
Anggota Sangar Seni Galuh Ajeng |
(Foto: Grahita P)
Pena Rakyat – Sanggar Seni Galuh Ajeng Rembang kembali menunjukkan dedikasinya dalam pelestarian budaya lokal dengan menyelenggarakan pertunjukan Kethoprak Remaja bertajuk “Janji Rakti Ngudi Janji Tekaning Pati” pada Sabtu malam, 19 April 2025, bertempat di Pendopo Sanggar Seni Galuh Ajeng, Rembang. Pertunjukan ini menjadi bagian dari inisiatif strategis sanggar dalam menggugah minat generasi muda terhadap seni tradisi, sekaligus membentuk regenerasi pelaku seni budaya yang tangguh dan berkualitas.
Lakon “Janji Rakti Ngudi Janji Tekaning Pati” mengangkat kisah Minakjingga, seorang tokoh dari Blambangan yang datang ke Kerajaan Majapahit untuk menagih janji yang pernah diucapkan padanya. Namun, perjuangannya berujung tragis ketika ia dianggap sebagai pemberontak dan akhirnya gugur. Cerita ini menjadi simbol keteguhan, perjuangan, dan nasib seorang ksatria dalam mempertahankan kebenaran.
Pertunjukan ini menampilkan puluhan remaja berbakat yang tidak hanya memerankan tokoh-tokoh dengan penuh penghayatan, tetapi juga menampilkan kemampuan dalam tari, dialog berbahasa Jawa, serta keselarasan gerak dan emosi yang mendalam. Penonton yang memadati pendopo menjadi bukti kuat bahwa kesenian tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat.
Selain sukses secara artistik, kegiatan ini juga memberikan dampak positif secara ekonomi. Ramainya penonton turut memberi keuntungan bagi pelaku UMKM lokal yang menjajakan produk kuliner dan kerajinan tangan di area sekitar lokasi acara.
Kepala Sanggar Galuh Ajeng menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya pertunjukan ini. Ia menegaskan bahwa seni tradisional harus terus dikembangkan dan dikenalkan kepada generasi muda sebagai bagian dari identitas dan kebanggaan bangsa.
“Kami berharap ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan gerakan budaya yang mendorong para remaja untuk bangga, peduli, dan terlibat aktif dalam melestarikan warisan leluhur,” ujarnya.
Pertunjukan “Janji Rakti Ngudi Janji Tekaning Pati” menjadi bukti bahwa seni tradisi tidak kehilangan pesonanya di tengah modernisasi. Justru melalui semangat muda, warisan budaya dapat terus hidup dan berkembang.